Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Tuesday, October 14, 2014

Sepak Terjang Teroris DHKP-C di Turki

(catatan singkat dan seadanya)

Front-Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) adalah organiasi gerakan yang bertanggung jawab atas aksi penyanderaan seorang hakim bernama Mehmet Selim Kiraz (31/3/2015), di gedung Pengadilan Çağlayan di Istanbul. Drama penyanderaan tersebut berakhir pada sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Dua penyandera Şafak Yayla (23) dan Bahtiyar Doğruyol (27) akhirnya ditembak mati. Sementara jaksa Kiraz meninggal di rumah sakit karena mederita lima luka parah bekas tembakan di tubuhnya.

Seperti disampaikan dalam konferensi pers oleh Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu (31/3), pemerintah Turki menyatakan ketegasannya melawan segala bentuk teror yang mengancam stabilitas publik. Pemerintah meminta kepada segenap rakyat Turki untuk melawan secara bersama-sama semua macam tindakan teror yang mengancam demokrasi di Turki.
"Kami tidak akan menoleransi siapa pun yang mengacaukan stabilitas publik dan mengancam keamanan nasional,” tambah Davutoğlu di sela-sela prosesi pemakaman jaksa Kiraz (1/4), di Istanbul.

Kelompok yang terkenal dengan sebutan Devrimci Halk Kurtuluş Partisi-Cephesi ini mempunyai akar ideologi Marxist-Leninist dan didirikan pada tahun 1978 dengan nama Kiri Revolusioner (Devrimci Sol atau Dev. Sol). Devrimci Sol merupakan sempalan Devrimci Yol (Jalan Revolusi), sebuah kelompok gerakan politik yang muncul ke publik satu tahun sebelumnya. Di bawah komando Dursun Karatas, kelompok ini resmi berubah nama menjadi DHKP-C tahun 1994. DHKP-C dimasukkan ke dalam daftar organisasi terorisme oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Platform DHKP-C adalah melawan segala bentuk imprealisme, khususnya yang dikendalikan oleh Amerika dan NATO. Di Turki sendiri mereka kerap membuat serangkalian aksi dari cara-cara damai hingga tindakan teror yang makin masif setelah tahun 2001.

Tahun 2001, DHKP-C melakukan tindakan teror dua kali di Istanbul, yaitu pada bulan Januari yang dilancarkan kepada polisi. Pada bulan September, mereka melakukan bom bunuh diri dan menewaskan tiga orang. Pada 24 Juli 2004, bom bunuh diri kembali dilakukan salah satu anggota kelompok DHKP-C bernama Semiran Polat. Kali ini mereka meledakkan diri di bus yang mengakibatkan tiga orang meninggal dan 15 orang lainnya terluka.

Satu tahun berikutnya, tepatnya 1 Juli 2005, anggota DHKP-C bernama Eyüp Beyaz kembali membuat ulah. Tapi kali ini polisi dapat mencegah rencana pemboman bunuh diri yang akan dilakukan terhadap gedung Kementerian Keadilan. Akhir Februari 2006, salah satu anggota gerakan yang terlibat dalam pembunuhan seorang pengusaha Turki bernama Ozdemir Sabanci pada 9 Januari 1996, bernama Fehriye Erdal ditangkap di Belgia. Tapi kabur dengan paspor palsu dan hingga hari ini belum ditemukan. Ancaman sporadis mereka kembali terjadi pada 29 April 2009 saat Hikmet Sami Turk, seorang profesor hukum dan akademisi, hendak memberikan kuliah di Bilkent University, Ankara. Didem Akman dan temannya Onur Yılmaz tertangkap.

Pada 11 September 2012, bom bunuh diri kembali dilakukan oleh salah satu anggota militan DHKP-C bernama İbrahim Çuhadar di kantor polisi di daerah Sultangazi, Istanbul. Aksi ini mengakibatkan seorang polisi terbunuh. Tindakan bom bunuh diri kembali dilakukan oleh militan DHKP-C bernama Ecevit Şanlı pada 1 Februari 2013. Kali ini sasarannya adalah Kedutaan Besar Amerika di Ankara. Aksi ini membunuh seorang keamanan asal Turki sendiri dan melukai beberapa orang lainnya.

Gerakan masif mereka terjadi pada tahun 2013. Dua serangan teror terjadi pada 19 Maret 2013, militan DHKP-C menyerang kantor partai penguasa, yaitu Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) dan kantor Kementerian Keadilan. Berselang beberapa bulan berikutnya, pada tanggal 22 September 2013 dua anggota DHKP-C menyerang kantor Markas Besar Kepolisian Turki di Ankara dengan roket. Satu minggu berikutnya, 29 September 2013 DHKP-C kembali menebar teror dengan aksi perkelahian gang di daerah Maltepe, Istanbul.

Awal tahun 2015 kemarin tepatnya pada 6 Januari, aksi teror kembali dilakukan. Kali ini pelakukanya adalah seorang perempuan dengan meledakkan diri di kantor polisi daerah Sultanahmet, Istanbul. Aksi ini menewaskan satu polisi dan dan melukai polisi lainnya. DHKP-C mengungkapkan lewat media bahwa tindakannya kali ini adalah sebagai hukuman atas meninggalnya Berkin Elvan.

Dalam penyelidikan otoritas kepolisian Turki, terungkap bahwa Yayla bersaudara yaitu Şafak Yayla dan kedua kakaknya (Bulut Yayla dan Mehmet Yayla) adalah anggota militan DHKP-C yang telah terlibat dalam serangkaian aksi teror di Turki. Mehmet Yayla terlibat dalam aksi teror pada 19 Maret 2013 di kantor AKP Ankara dan Kementerian Keadilan, dan pada 30 Juli 2013 ditangkap polisi di lepas pantai Pulau Sakız (Yunani) dalam perjalan menuju Istanbul dengan membawa bahan peledak. Tapi sayangnya, Yunani menolak permintaan ekstradisi. Sementara Bulut Yayla ditangkap polisi Turki pada 31 Mei 2013 ketika hendak pergi ke Yunani secara ilegal.

Thursday, October 09, 2014

A Journey: from Border to Border

Before these things lose and go away from my memories, I prefer to write down--as I usually do--here, a sheer piece of my huge package: learning and travelling during summer, including my first international presentation. It’s of course one of my unforgettable experiences which taught me a lot during my togetherness with participants from many countries.

Firstly never do I think that I could participate this Summer School organized by ILEM (İlmi Etüdler Derneği) in Istanbul since I didn’t get any response toward my article’s abstract on time of the deadline made by committee. However, to fulfill my holiday of the summertime I arranged my travel plan into around eastern Turkey. I highlighted some city names to visit. I kept Mardin, Diyarbakir and Batman as my route at least. If possible I would change my plan with some more cities to visit with the same interest: Kurdish culture and its lives.

Monday, October 06, 2014

Seni Budaya Nusantara pada 807 Tahun Usia Rumi

waiting for the falling leaves
Ketika September menyapa, bulan yang menandai musim gugur—saat di mana daun-daun beranjak menguning dan pasrah disangkut angin—, Konya bersiap menyambut momentum kehadiran: kelahiran sufi besar, Mevlana Jalaluddin Rumi. September adalah saat di mana Rumi seperti dilahirkan kembali, disapa ribuan manusia dari semua bangsa dan dirayakan dengan kehidmatan-kehidmatan ritual dan doa-doa. Bulan September yang dimitoskan oleh banyak peradaban (seperti perayaan Pabon oleh bangsa Pagan untuk berterima kasih kepada sinar matahari karena sebentar lagi gelap akan datang [impending dark], bangsa Aborigin menjadikan September sebagai momentum meramal astronomi, atau prosesi ritual bagi bangsa Yunani kuno karena dewi Persephone akan kembali ke suaminya Hades, di dunia durjana) terasa semakin mistis dengan kehadiran Rumi. Ia melengkapi mistisisme September!

Namun, tak lama setelah perayaan demi perayaan untuk hari kelahirannya, bulan Desember di awal musim dingin, Rumi kembali dihantarkan menuju singgasana Ilahi. Sebuah malam pengantin di mana ia dijemput oleh Allah.